Sebenarnya, bagaimana pacaran menurut Islam? Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Islam melarang pacaran. Tapi, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Islam membolehkan kaum remaja terlibat dalam aktivitas pacaran. Mana yang benar?
Tentu, berbagai pendapat mengenai pacaran itu didukung argumen masing-masing. Ada juga anjuran yang mengatakan bahwa pacaran itu diperbolehkan dalam Islam, namun dengan memenuhi berbagai persyaratan tertentu, di antaranya adalah masing-masing mengenakan pakaian yang menutup aurat, tidak berduaan di tempat sepi, juga menghindari diri dari hal-hal yang bisa mengarah pada perbuatan zina.
Melewati Batas
Jika memang pacaran menurut Islam seperti demikian halnya, maka sekarang ini, aktivitas pacaran kaum remaja di Tanah Air bisa dibilang cenderung berlebihan. Merupakan fakta bahwa bagi kaum belia saat ini, berdua-duaan di tempat sepi sudah jadi pemandangan sangat biasa.
Jarang juga terjadi anak-anak muda bersedia pacaran dalam busana serba rapat yang menutup aurat. Padahal, dalam Islam, jangankan sedang berpacaran, ketika sedang beraktivitas sehari-hari pun, pakaian serba rapat sangat diwajibkan.
Jika mau melihat sisi positifnya, sebenarnya pacaran bukan sekedar bermesraan. Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik, yakni sebagai cara untuk mengenal masing-masing karakter. Jika pacaran ini berlanjut ke arah yang lebih serius, tentu pengenalan karakter bisa bermanfaat untuk menjaga hubungan baik sekaligus memudahkan penyelesaian konflik kelak.
Batas Pacaran Menurut Islam
Pacaran juga merupakan salah satu cara untuk menjaga kedekatan emosional pria dan wanita yang tengah menjalin hubungan. Sebagai tambahan, pacaran bisa memperlancar hubungan komunikasi di antara keduanya. Tetapi walaupun begitu, sebagaimana disebutkan dalam ajaran agama Islam, pacaran tetap harus berlangsung dalam koridor etika dan moral. Jika terjadi pelanggaran, tentu akibatnya sangat berat.
Islam memberikan beberapa batasan aktivitas pacaran, yakni:
1. Menjauhkan diri dari perbuatan yang berpotensi mengarah pada perbuatan zina. Aksi yang berpotensi bahaya tersebut adalah bermesraan dengan lawan jenis di tempat yang sepi dan gelap, bersentuhan di tempat tertutup, berciuman dalam intensitas tinggi, dan sebagainya.
2. Menghindari diri dari perbuatan menyentuh bagian tubuh perempuan yang bukan muhrimnya. Dalam praktiknya saat ini, aksi sentuh menyentuh bagian tubuh ini sering terjadi dalam banyak hubungan berpacaran, walaupun jelas-jelas Islam melarangnya.
3. Menghindari diri dari kebiasaan berduaan di tempat-tempat tertutup yang sepi, karena hal ini bisa memicu terjadinya hubungan terlarang.
4. Wajib menjaga pandangan terhadap hal-hal tidak senonoh atau adegan-adegan yang bisa mengarahkan hati pada munculnya hawa nafsu. Pandangan yang tidak terjaga ini pun bisa membawa seseorang pada perbuatan zina.
5. Menghindari diri dari pakaian serba terbuka. Agaknya, sudah dipahami bahwa menutup aurat merupakan kewajiban bagi kaum hawa, termasuk kaum remaja juga. Beberapa surat dalam Alquran sudah menegaskan kewajiban ini.
6. Menghindari diri dari cara berkomunikasi yang dapat merangsang syahwat. Hal ini sering terjadi dalam hubungan dekat antara pria dan wanita lewat media online. Mungkin, mereka ingin mengganti pertemuan langsung atau kontak tubuh dengan kata-kata mesra. Namun, perkataan mesra ini kadang jadi kebablasan dan beraroma porno, sehingga tak sesuai lagi dengan cara pacaran menurut Islam.
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa Islam tidak melarang hubungan emosional antara pria dan wanita sebelum menikah. Namun untuk menjalin hubungan, mereka yang terlibat tetap wajib menaati rambu-rambu agama, agar dapat menjalankan cara-cara pacaran menurut Islam.
