Teller menghitung uang dolar AS di
banking hall salah satu bank BNI di Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).
Kondisi mata uang rupiah mengalami penurunan terbesar sejak 20 bulan
terakhir. Untuk pasar forward satu bulan ke depan, kurs rupiah turun 2,3
persen menjadi Rp 10.355 per dolar Amerika Serikat (USD) pada pukul
3.00 WIB. | TRIBUNNEWS/HERUDIN
JAKARTA, — Ujian ketahanan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama dollar AS, masih akan terus diuji, Kamis (13/6/2013). Meski masih mampu terus bertahan di kisaran Rp 9.800-an, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai masih rentan untuk "lolos" menembus Rp 10.000 per dollar AS.
Upaya Bank Indonesia membawa rupiah di bawah Rp 9.900 per dollar AS masih terus dilakukan. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah berada di level Rp 9.861 per dollar AS, berdasarkan kurs tengah Bloomberg. Intervensi BI berhasil membawa rupiah menguat dari nilai perdagangan sehari sebelumnya, di tengah pelemahan mata uang Asia. Penguatan juga terjadi di bursa Indonesia. IHSG ditutup naik 4.697,88 (1,9 persen) ketika sebagian besar pasar Asia melemah.
Sementara itu, pelemahan juga terjadi di pasar AS dan Eropa semalam. Yield obligasi 10 tahun naik menjadi 2,219 persen. Namun, indeks future Asia masih tercatat negatif. Hal ini menurut ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, kemungkinan membawa konsekuensi koreksi yang berlanjut di pasar Asia.
Soal nilai tukar rupiah, Lana mengatakan, posisinya masih rawan. Kendati rupiah dapat ditutup di bawah Rp 9.900 per dollar AS, tetapi dalam perdagangan harian masih diperjualbelikan di atas Rp 10.000 per dollar AS. "Masih berada pada level rawan yang sangat merisaukan," ujar dia.
Sumber : kompas.com